Salah satu tim redaksi masjid mendapatan kesempatan untuk mengobrol dengan Jamal, Pengurus Masjid yang pada tanggal 27.11.2015 lalu mendapatkan DAAD-Preis sebagai mahasiswa terbaik tahun ini. Mahasiswa Kedokteran di Justus-Liebig-Universität Giessen itu berbagi cerita seputar kegiatan dan kesehariannya.
Jamal, gimana awal ceritanya bisa sampai mendapat penghargaan dari DAAD?
Gimana ya, aku ngeliat ada Flyer tentang DAAD penghargaan, awalnya belum mau mendaftar karena ngerasa belum pantas. Tapi pas mau penutupan pendaftaran, akhirnya memutuskan untuk daftar. Kriterianya itu ya harus berprestasi yaitu kuliahnya lancar dan punya dedikasi ke masyarakat, aktivitas sosial gitu.
Apa aja aktivitas Jamal saat ini?
Lagi sibuk untuk ujian akhir bulan April nanti, ya selain itu masih aktiv di masjid dan organisasi lain. Tapi juga kerja di rumah sakit dan ngajar jadi Tutor Anatomie di kampus.
Dengan aktivitas yang padat, gimana Jamal mengatur waktu antara belajar dan Organisasi ?
Kalau masalah ngatur waktu sih, itu bukan hal yang terjadi dari hari ini ke besok. Tapi itu adalah proses bagaimana cara mengatur waktu. Tiap hari usahakan aja jangan ada waktu yang sia-sia terbuang. Sia-sia terbuang kan kategorinya banyak. Tapi yang namanya sia-sia itu minimal ga ada manfaatnya untuk diri sendiri. Tapi kalau apa yang dikerjakan itu berguna untuk orang lain, berarti sudah lebih dari bermanfaat. Jadi parameternya diri sendiri. Ya, juga harus ada prioritas, dan itu berubah tergantung keadaan kita. Ada dimana Universitas jadi prioritas karena mau ada ujian. Tapi misalkan ujian masih jauh ya ada waktu untuk orang lain.
Berapa lama waktu belajar Jamal per harinya?
ya ga tentu sih, tapi ya awaln awal masuk kuliah sih belum tau medannya. jadi 6 sampai 8 jam belajar lagi di luar Vorlesung, ya seadanya waktu. tapi setelah tau medannya ya tidak seperti dulu lagi..lebih santai, tapi tetep minimal 6 jam hehehe
Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang ditemui selama di kampus atau organisasi, apa yang Jamal lakukan?
Kesulitan pasti ada jalan keluar. Pertama, ya jangan cari kesalah dari luar, dari extern. Tapi diri kita sendiri, apakah kesalahan itu bisa dihindari? apakah itu baru? atau sudah pernah terjadi sebelumnya? Kalau itu kedua kalinya, berarti ada yang salah dengan diri kita. Tapi jika itu baru pertama kali, ya itu sebuah tantangan yang bisa bikin kita maju. Penanganan masalahnya adalah jangan malu bertanya. Bertanya ke yang berpengalaman, bertanya pendapat orang lain, karena mereka itu cermin kita.
Adakah pengalaman masa kecil yang sangat membekas atau akhirnya membentuk karakter Jamal yang saat ini?
Orang tua saya itu buruh tani, bukan petani ya, jadi tidak punya lahan. Saya 3 bersaudara, saya paling kecil. Kakak saya perempuan. Ibu saya tidak bisa membaca dan menulis, bapak saya bisa tapi kayaknya sih lulusan SD. Salah satu titik balik adalah sewaktu saya kelas 5 SD. Ibu saya menukarkan beras kepada tetangga supaya mendapatkan uang untuk membeli buku tulis saya. Saat saya tau itu, saya bercita-cita untuk membahagiakan beliau.
dulu saya punya selain sekolah reguler, saya punya sekolah non reguler. saya dari mulai SD itu ikut seorang Paman yang punya usaha rotan kecil-kecilan, kayu gitu. dia banyak mengajari saya tentang hidup. sudah dari kecil, saya dikasih pilihan oleh paman, mau main sama temen-temen mu atau sama saya di sini bekerja. dan pilihannya memang yang satu main seneng sebagai anak kecil, bisa normal tumbuh seperti anak-anak lain tertawa, atau dengan paman yang bekerja membanting tulang tapi nanti ada hadiahnya atau pun ada upahnya. setelah dibilang, kalau kamu sadar bahwa keluarga mu nggak mampu, dan kamu mau maju, mau sekolah, dan istilahnya mencari uang sendiri utuk jajan ya kamu ikut saya, gitu. ya sejak itu, di umur 10 tahun dimana anak lain main game, saya pulang sekolah ke pabrik, saya ke dia ikut, ya ga mesti kerja tapi ikut naik mobil, bawa-bawa barang kemana-mana, terus ya dinasehatin. Ya itu membentuk saya, untuk berpikiran seperti orang dewasa.
Apa pesan Jamal untuk teman-teman yang sedang berkuliah di Jerman saat ini?
Pesannya adalah gantungkanlah cita-cita kalian itu setinggi gunung, setinggi-tingginya. pasti ada jalannya. dan terus pertahankan apa yang kalian anggap itu benar, tujuan kalian, meskipun menurut orang lain itu bukan tujuan yang mulia (prestis). Tapi kalau itu kalian suka dan kalian mau, lakukan, asalkan itu baik dan bermanfaat bagi kalian dan sesama.
Kenapa kita harus aktiv di masjid ?
Salah satu jawaban sementara yang saya dapat dari perjalanan hidup adalah bukan hanya pada harta kita tetapi juga di dalam akal yang kita miliki, waktu, tenaga dan dari segalanya yang kita miliki dari Allah SWT ada hak orang lain. Ikut aktiv di Masjid adalah salah satu andil saya, ada hak orang lain di sana. Kesimpulan saya, mungkin itu kuncinya, waktu menjadi lebih berkah, harta menjadi lebih berkah. Yaitu waktu jadi lebih banyak, harta jadi lebih banyak..
Yang terakhir, apa hobi Jamal?
Masak, makan misalkan makanan turki, arab, india, dulu juga suka masak masakan itali, perancis, jerman. Terus mancing, olahraga lari, baca buku roman dan tokoh-tokoh dunia.. ya tokohnya ganti-ganti sesuai usia saya 🙂