Setelah sukses dengan program Indonesian Care Day di musim panas lalu, yaitu sebuah program yang didedikasikan untuk para pengungsi di Jerman. Masjid Indonesia Frankfurt dan Jemaat Kristus Indonesia Rhein-Main (JKI) berhasil kembali menyelenggarakan program Sprachcafé (Kedai Bahasa) di musim gugur tahun ini. Program ini merupakan salah satu dari rangkaian event internasional tahunan kota Frankfurt, yaitu Interkulturelle Woche 2016. Organisasi muslim dan kristen ini sekali lagi menunjukan harmoni kebangsaannya dalam mewakili organisasi Indonesia di Jerman di hadapan khalayak kota Frankfurt.
Interkulturelle Woche itu sendiri merupakan sebuah hajat besar kota Frankfurt dalam menyikapi keragamanan budaya kota Frankfurt yang terdiri dari multi kultur. Keberagaman tersebut mereka rayakan melalui event ini sebagai salah satu bukti terbukanya kota Frankfurt terhadap budaya yang ada di kota tersebut. Ratusan organisasi turut serta meramaikan kegiatan budaya itu. Hal ini tentu membuat kota Frankfurt semakin atraktif di mata internasional.
Sejalan dengan motto Interkulturelle Woche 2016, yakni “Frankfurt – gemeinsam läuft`s” yang kurang lebih maknanya “dengan bersama kita berhasil”, Masjid Indonesia dan JKI bergandengan tangan menyajikan sebuah program Sprachcafé yang tujuannya hanya akan tercapai jika dilakukan dengan bersama-sama. Konsep acaranya sederhana, datang dan ngobrol dalam suasana santai layaknya di sebuah cafe, tersedia makanan dan minuman khas nusantara. Dari obrolan tersebut diharuskan bagi yang berbahasa ibu bahasa Indonesia untuk berbicara dalam bahasa Jerman, sebaliknya bagi yang bahasa ibunya adalah bahasa Jerman, ia harus berbicara dalam bahasa Indonesia.
Sekali dayung dua-tiga pulau terlampaui
Sprachcafé yang diadakan di jantung kota Frankfurt itu, selain menjadi media untuk mempererat keakraban antara muslim dan kristen, antara tua dan muda, antara WNI dan WNA yang cinta Indonesia, antara yang lahir di Indonesia dan lahir di Jerman, juga merupakan cara untuk saling mengisi kekurangan, khususnya dalam hal kemampuan berbahasa. Kebanyakan pelajar Indonesia di Jerman masih belum terlalu fasih berbahasa Jerman, dan di pihak lain WNI keturunan yang lahir di Jerman juga belum terlalu fasih berbahasa Indonesia. Uniknya, Masjid Indonesia didominasi oleh yang belum fasih berbahasa Jerman, karena sebagian besar jamaahnya adalah pelajar atau pekerja yang datang. Dan JKI didominasi oleh WNI keturunan yang belum fasih berbahasa Indonesia. Dengan demikian lengkap sudah saling isi dan saling dukung dalam acara ini. Para peserta yang hadir dapat leluasa berbincang sekaligus memperlancar kemampuan bahasa mereka.
Di sisi yang lain, acara Sprachcafé yang dibuat masih dalam suasana sumpah pemuda dan hari pahlawan tersebut, yaitu 5 November 2016 lalu, mengingatkan putra-putri Indonesia di luar negeri akan bahasa persatuan dan perjuangan para pahlawan yang telah mempersatukan Indonesia. Sehingga generasi hari ini dapat konsisten menjaga warisan tersebut sebagai aset berharga yang menjadi modal kemajuan sebuah bangsa.
Tidak hanya itu, acara yang dipublikasikan ke seluruh kota Frankfurt tersebut juga turut dihadiri oleh warga Jerman setempat. Mereka bisa berkenalan dengan Indonesia lebih dekat, khususnya dengan bahasa Indonesia, sekaligus mencicipi kuliner dan produk jajanan khas Indonesia.
Masjid Indonesia Frankfurt mengucapkan terima kasih dan apresiasi sebesar-besarnya kepada seluruh Jemaat Kristen Indonesia Rhein-Main, wir haben es gut gemacht, kita telah melakukannya dengan baik. Semoga kita dapat terus menjadi contoh dan membuktikan, bahwa keragamaan Indonesia itu sesungguhnya merupakan kekayaan. Dan dengannya bisa saling bersinergi menghasilkan sesuatu yang bermanfaat, tidak hanya untuk diri kita, namun juga bagi Indonesia. Paling tidak, dapat sedikit berkontribusi sebagai representatif keharmonisan sebuah keberagaman di mata internasional.