Pada tahun 2015 arus pengungsi kembali meningkat sangat drastis, satu juta lebih pengungsi tiba di Eropa[1]. Jerman sendiri menurut data BAMF (Bundesamt für Migration und Flüchlinge) telah menerima sekitar[2] 470.000 lebih aplikasi permohonan suaka politik dalam kurun semester pertama tahun 2016. Kondisi seperti ini bahkan untuk negara-negara maju di Eropa sekalipun merupakan sebuah krisis yang tidak mudah untuk diatasi. Problem yang muncul tidak hanya pada memenuhi kebutuhan hak asasi seorang manusia, namun lebih kompleks lagi pada aspek-aspek lainnya, misalnya sosial, politik dan ekonomi, baik secara lokal maupun global.
Kita telah menyaksikan di televisi, surat kabar dan internet, bagaimana derita dan perjuangan para pengungsi untuk mencari perlindungan dan keamanan bagi diri dan keluarganya. Hal tersebut telah mengetuk dan membentuk sebuah motivasi yang kuat untuk paling tidak bergerak melakukan sesuatu.
Indonesian Care Day (ICD)
Setahun lalu, Masjid Indonesia Frankfurt telah memulai menjalin hubungan lebih intensif dengan Jemaat Kristus Indonesia Rhein-Main (JKI). Walaupun sejak Masyarakat Muslim Indonesia berdiri hubungan baik dengan organisasi Indonesia lain sudah terbangun dengan cukup baik oleh para tokoh muslim sepuh di Frankfurt. Hubungan yang baik ini diteruskan oleh generasi kedua dengan membangun sebuah platform kerjasama yang lebih intensif antara Masjid Indonesia dan JKI Rhein-Main.
Berangkat dari motivasi untuk melakukan sesuatu bagi para pengungsi dibersamai dengan semangat persatuan Indonesia, maka platform ini melahirkan sebuah pilot project bernama Indonesian Care Day. Sebuah proyek bersama yang diselenggarakan oleh dua komunitas agama Islam dan Kristen Indonesia di Jerman. Walaupun kedua organisasi terbilang biasa mengelola acara yang relatif besar, namun bukan pula perkara mudah untuk menyelenggarakan kegiatan internasional dalam suhu sosial, politik dan keamanan yang sedang menghangat di Eropa khususnya di Jerman terkait dengan pengungsi.
Komite ICD yang terdiri dari perwakilan Masjid Indonesia dan JKI Rhein-main perlu menjajaki asrama-asrama pengungsi di Kota Frankfurt terkait lokasi dan mitra yang tepat. Bersama Deutsches Rotes Kreuz kemudian komite ICD yang dipimpin oleh Sultan Haidar dan Frank Madrikan menetapkan asrama pengungsi dan lokasi yang cocok di Frankfurt Dornbusch. Walau didahului dengan terjadinya rentetan musibah di Jerman tepat beberapa waktu sebelum kegiatan ICD ini dilaksanakan, tidak menyurutkan semangat Masjid Indonesia dan JKI Rhein-Main untuk tetap komitmen melanjutkan program ini. Justru dengan adanya program ini, khususnya Tim Komite dari sisi Masjid Indonesia semakin termotivasi untuk ICD, karena dengan ICD, kita sebagai representasi muslim Indonesia di Eropa bisa menunjukan bagaimana Islam itu mengajarkan kepedulian, kemanusiaan dan kedamaian.
Indonesian Care Day berjalan dengan baik, berhasil membuat tersenyum senang sekitar 140 pengungsi dari berbagai negara diantaranya Syiria, Irak, Eritrea, Somalia dan Iran. Adalah juga kebahagiaan bagi kami bisa membuat para pengungsi melupakan kesusahannya walau mungkin hanya sehari saja.
Muhannad Isayyied, kepala asrama pengungsi yang juga mewakili Deutsches Rotes Kreuz terkejut melihat respon para pengungsi terhadap acara ICD yang disajikan. Berdasarkan pengalaman mereka, tidak mudah membuat para pengungsi konsentrasi dan fokus. Ia takjub, karena sejak dimulai hingga ditutup acara, mereka sigap menyimak.
ICD menampilkan ragam budaya Indonesia berupa tarian tradisional dan sebuah sharing session dengan narasumber dr. Nahdiyati dan Nailil Muna. Dalam sesi berbagi, kedua narasumber memotivasi para pengungsi dengan pengalaman kisah hidupnya yang juga tidak kalah berat dari perspektif sesame orang asing di Eropa. Nailil Muna yang juga pengurus Masjid Indonesia, bercerita bagaimana dari nol berjuang hingga salah satu puncaknya mendapatkan penghargaan sebagai AuPair des Jahres (terbaik) pada tahun 2010. ICD juga menyajikan kuliner khas nusantara yang begitu diminati dan dinikmati oleh para pengungsi. Mereka sangat bersyukur karena berkesempatan mencicipi makanan Indonesia di sela rutinitas menu makanan mereka sehari-hari. Di akhir acara, para pengungsi diwakili beberapa orang menyampaikan terima kasihnya kepada Indonesia. Kemanusiaan dan kebaikan tidak mengenal ras, agama atau asal negara.
Sambutan Baik Walikota Frankfurt
Pada bulan suci Ramadhan yang lalu dalam kesempatan buka puasa bersama, Masjid Indonesia yang diwakili oleh
dewan pimpinannya, Tito Prabowo dan Sumardji Kartasentana, sempat bertemu dan berbincang dengan Walikota Frankfurt Peter Feldmann. Ketika itu Feldmann yang didampingi juga oleh Dr. Nargess Eskandari-Grünberg –Stadträtin und Dezernentin für Integration (Dewan kota untuk Integrasi), menyambut positif program untuk pengungsi ini. Bahkan Grünberg menyatakan, bahwa pihaknya sudah mengetahui rencana tersebut dan turut memberikan sambutan yang positif. Sebagai salah satu organisasi muslim di Eropa bisa memberikan kontribusinya walau sedikit dalam menghadapi krisis pengungsi Eropa.
Penghargaan Perwakilan RI di Frankfurt
Indonesian Care Day memang boleh dibilang merupakan kado kemerdekaan dari Masjid Indonesia dan JKI Rhein-Main, karena program ini berlandaskan semangat persatuan kebangsaan dan membuat harum nama Indonesia. Menurut Perwakilan RI di Frankfurt, ke luar program ini telah membawa nama besar bangsa Indonesia, menunjukan karakter peduli bangsa kita terhadap problem kemanusiaan dan krisis pengungsi yang terjadi di dunia saat ini. Sedang ke dalam, program ICD menjadi contoh bagaimana dua organisasi agama masyarakat Indonesia di Eropa bisa bahu-membahu dan merefleksikan kebhinekaan dalam persatuan bangsa Indonesia.
Pada upacara peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 2016 di Wisma Indonesia oleh Kepala Perwakilan RI, Ibu Wahyu Hersetiati memberikan penghargaan kepada Masjid Indonesia dan JKI Rhein-Main atas inisiatif dan kontribusi sosialnya melalui program Indonesian Care Day dengan tema budaya, integrasi dan berbagi pengalaman bagi pengungsi di Jerman.
Penghargaan ini bukanlah saja menunjukan prestasi tim ICD yang dinahkodai oleh Sultan Haidar Shamlan sebagai project manager (dari Masjid), melainkan juga merupakan simbol keberhasilan umat muslim di Frankfurt dan sekitarnya dalam mencapai misi Masjid Indonesia, yaitu menyampaikan kehangatan Islam di bumi Eropa.
Ukhuwah
Salah satu elemen utama berdirinya Masjid Indonesia Frankfurt juga modal utama setiap kegiatan Masjid ini adalah ukhuwah, yaitu persatuan dalam ikatan takwa. Tidak terkecuali dengan Indonesian Care Day, bahan bakar dan perekat solidnya tim ICD di sisi Masjid adalah ukhuwah. Apresiasi setinggi-tingginya kepada mereka yang telah bekerja ikhlas tanpa pamrih. Tim ini heterogen, dari yang muda hingga sepuh turut berkontribusi untuk keberhasilan acara. Para Ibu-ibu senior yang telah ikhlas mempersiapkan hidangan khas nusantara. Satu-satunya latar belakang mereka bergabung dalam tim dengan tugas yang tidak mudah ini adalah semata untuk syiar Islam, membuktikan bahwa Islam dapat bersinergi dengan Jemaat Kristen dengan baik dalam satu misi kemanusiaan dan sosial dalam bingkai kebangsaan.
Masjid Indonesia menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung hingga terlaksananya program ini, kepada segenap keluarga besar Jemaat Kristen Indonesia Rhein-main, kepada Konsulat Jenderal RI Frankfurt dan tentunya juga secara personal kepada tim ICD Masjid: Sultan Haidar Shamlan (Project manager), M Saadilah Burhamzah, Rayhan Farras, Syifa Maisani Lestari, Hilman Shani, Nailil Muuna, Bena Maharani, Esty Prastyaningtias, Sufiyati Nur Fadlah, Dendy Ardiansyah, Fachrizie Muhammad, Dimas Fajri, Wafda Haribowo, Muhammad Bagus, Arifuddin Azhary, dr. Diyah Nahdiyati. Kepada Bapak Sumardji, Ibu Lastri, Ibu Heriana Haas, Awat Karwati, Ibu Dwi Yunita Turissiana, Ibu Mutiara Maya Sari, Ibu Nenny Ali (Rüsselsheim), Ibu Asri Damayanti, Ratih Jayanti, Nadia Davina Prasetija dan Ibu Nurila Hardjosuwarno untuk donasi kulinernya yang begitu diminati.
Semoga dengan modal, jaringan dan capaian ini, Masjid Indonesia dapat terus konsisten dan semakin bermanfaat, bersinergi dengan segala elemen nusantara, berkontribusi lagi bagi Indonesia dan kemanusiaan. Doakan kami!
–
Referensi:
1. Mehr als eine Million Flüchtlinge übers Mittelmeer gekommen. In: Ostsee-Zeitung. 3. Januar 2016
2. Data Lembaga Negara untuk Migrasi dan Pengungsi Jerman. http://www.bamf.de/DE/Infothek/Statistiken/Asylzahlen/asylzahlen-node.html
3 & 4. Foto credit: Isidorus Ndoi